DISIPLIN POSITIF, MENDISIPLINKAN TANPA HADIAH DAN HUKUMAN

           Apakah aturan ketat membentuk karakter anak atau justru menghambat kreativitas mereka? Menjadi orangtua bagi generasi Z dan Alpha memang susah-susah gampang. Jika kita terlalu strict, kreativitas anak dibatasi. Belum lagi kita harus menjawab pertanyaan “kenapa?”. Jika terlalu longgar, kita khawatir mereka tumbuh tanpa tahu aturan dan sopan santun. Belum lagi pergaulan jaman sekarang dan media sosial yang tak terbatas tidak hanya memberi pengaruh positif, namun juga dampak negatif. Maka dari itu kita perlu menerapkan peraturan disiplin positif pada anak untuk membentuk karakter mereka.

         Disiplin positif merupakan suatu pendekatan untuk menerapkan disiplin dari dalam diri anak tanpa adanya bentuk hukuman atau hadiah. Dengan adanya cara ini, maka pendekatan yang dilakukan tanpa menggunakan kekerasan. Sehingga fokusnya pada memotivasi, refleksi terhadap kesalahan yang dilakukan, menghargai, dan membangun logika yang bersifat panjang. Jadi, dalam prosesnya, anak dapat mengerti serta belajar dari kesalahan yang mereka perbuat. Selain itu, anak juga dituntut untuk bertanggung jawab dan berempati terhadap berbagai hal yang telah dilakukannya.

       Tujuan dari penerapan disiplin positif ini adalah membuat anak dapat bertanggung jawab terhadap tingkah lakunya, memberikan kesempatan kepada anak untuk membangun tingkah laku sesuai dengan yang diinginkan oleh lingkungannya dan mengajarkan anak bagaimana bertingkah laku, memahami mana yang benar dan mana yang salah (Yuliantina, I.,& Wahyudi, D., 2020) (Febriandari, 2017). Sedangkan manfaat disiplin positif adalah dapat menumbuhkan kepercayaan diri, mendukung kemandirian dan rasa tanggung jawab atas dirinya dan dapat mendukung lingkungan yang lebih baik dalam keluarga (Yuliantina, I.,& Wahyudi, D., 2020).

Penerapan Disiplin Positif
Disiplin positif mengajarkan orang dewasa untuk bersikap ramah dan sekaligus tegas pada saat yang sama, bukan bersifat kasar/keras dengan berbagai hukuman atau bersikap permisif. Oleh karena itu penerapan disiplin positif memerlukan beberapa azas yang meliputi:

1) Saling menghormati. Dalam hal ini antar pendidik harus saling menghormati satu dengan yang lain karena pendidik merupakan model bagi anak. Selain itu pendidik juga perlu menghormati kebutuhan siswa/anak didik

2) Mengidentifikasi motif dibalik perilaku/tindakan anak. Akan lebih efektif bagi guru untuk mengubah perilaku anak jika mampu mengidentifikasi motif kemudian mengubah keyakinan anak yang membuat dia melakukan tindakan atau merubah perilaku.

3) Komunikasi yang efektif dan ketrampilan memecahkan masalah.

4) Disiplin yang mengajarkan (dan bukan bersikap permisif atau menghukum).

5) Fokus pada solusi, bukan hukuman.

6) Memberikan dorongan (bukan pujian).Dorongan menunjukkan upaya dan perbaikan, tidak hanya kesuksesan, dan membangun harga diri dan pemberdayaan jangka panjang.

Prosedur Disiplin Positif
Membangun disiplin positif bisa diawali dengan langkah-langkah mengidentifikasi kesalahan anak. Seorang pendidik/orang tua harus mengidentifikasi kesalahan anak terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan terhadap anak. Setelah masalah teridentifikasi dengan tepat, lalu dilakukan pemecahan masalah dengan cara demikian :

  1. Menyelesaikan (mengajak anak ikut menyelesaikan/memecahkan masalahnya)
  2. Mengabaikan (abaikan ketika berbuat nakal dan beri perhatian penuh bila berbuat baik)
  3. Tegas (dengan tetap ramah kepada anak tunjukkan bahwa apa yang dia lakukan adalah salah dan tidak boleh diulangi lagi)
  4. Tetap kendalikan situasi (kendalikan situasi dan kendalikan diri sebelum semua terlanjur di luar kendali)
  5. Pemisahan (bila anak bertengkar ada baiknya dipisahkan dulu untuk beberapa waktu)
  6. Memberi dorongan dan sanjungan (bila anak bersikap baik, berikan sanjungan dan dorongan).

Tips di Rumah
Tips berikut  ini bisa dilakukan orang tua untuk mendidik dengan menerapkan disiplin positif di rumah. 

  1. Buat aturan dan kesepakatan bersama, misal : saat makan bersama tidak memegang HP, berbagi tugas domestik, dll.
  2. Menetapkan konsekuensi jika aturan dan kesepakatan dilanggar, bukan hukuman
  3. Memberikan pujian, utamanya proses bukan terhadap hasil
  4. Menjalin komunikasi yang baik, adakan waktu untuk berbincang-bincang dan curhat
  5. Menjadi contoh yang baik

Menurut Flanagan (2013) disiplin positif adalah tentang upaya orang tua/pendidik dalam memperkuat hubungan dengan anak, memahami perspektif anak-anak, membangun empati, mempromosikan pengaturan diri (self-regulation), mengurangi hukuman, memperkuat kepercayaan, dan memfasilitasi pemecahan masalah. Dalam hal ini, Flanagan menjelaskan lebih lanjut disiplin positif secara operasional sebagai berikut:

Disiplin Positif bukanlah …

Disiplin Positif adalah …

Membiarkan anak melakukan apapun yang mereka mau

Membantu anak mengembangkan kontrol diri sepanjang waktu

Tidak memiliki aturan  

Mengomunikasikan dengan jelas  

Bereaksi cepat terhadap situasi

Menghormati anak dan mendapatkan rasa hormat dari mereka

Menghukum daripada memukul atau membentak

Membangun keterampilan dan kepercayaan diri anak

 

Mengajarkan sikap respek anak terhadap perasaan orang lain

 

Mengajari anak bagaimana membuat keputusan yang baik

Tantangan dan Hambatan Menerapkan Disiplin Positif
Apa saja tantangan dan hambatan yang dialami orang tua dan juga guru saat menerapkan disiplin positif?
1. Pengalaman masa lalu orang tua.
Pengalaman saat menjadi anak akan memengaruhi cara menerapkan disiplin pada anak saat ini. Banyak pengalaman yang dapat diterapkan pada anak kita, tetapi ada juga pengalaman yang tidak perlu diulang. Contoh : Ibu dulu juga pernah ketinggalan membawa buku PR, lalu dimarahi oleh gurunya. Akhirnya ibu sering memeriksa tas sebelum berangkat ke sekolah.
2. Emosi orang tua.
Saat menerapkan disiplin positif pada anak, ada berbagai emosi yang dirasakan oleh orang tua. Hal tersebut sangat wajar dialami, tetapi perlu di kendalikan dengan baik. Sebagai contoh, hindari menggurui dangan kalimat : Makanya jangan malas! Lain kali tasnya di periksa supaya tidak ada barang yang tertinggal lagi!. Hindari mencecar anak seperti : Kenapa baru pulang ? Kemana saja ? Main terus ya ? Hindari memerintah seperti : Kerjakan PR sekarang! Ikuti kata Mama ya, tidur sekarang! Tidak ada protes, mainnya berhenti!

Kesimpulan.

      Disiplin positif adalah proses pembelajaran. Metode disiplin positif merupakan proses mendidik anak untuk melakukan kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri. Disiplin positif berbeda dengan hukuman meskipun disiplin sering diterapkan dengan menggunakan teknik hukuman. Disiplin positif tidak seperti hukuman yang belum tentu menyadarkan anak akan kesalahan yang yang mereka lakukan. Hal ini karena disiplin fokus pada apa yang kita harapkan diperoleh oleh anak didik dalam belajar. Disiplin juga terfokus pada upaya agar anak mampu belajar. Disiplin sendiri sebenarnya merupakan suatu proses, bukan tindakan tunggal. Orangtua dan guru  perlu memperhatikan pengidentifikasian kasus dan penyebabnya sebelum menerapkan disiplin positif, sehingga bisa mencari solusi, langkah maupun metode yang dipakai.

Daftar Pustaka
Aulina, C. N. (2013). Penanaman Disiplin Pada Anak Usia Dini. Pedagogia, 2(1), 36–49.

Febriandari, E. I. (2017). Penerapan Metode Disiplin Positif Sebagai Bentuk Pembinaan Pendidikan Karakter Disiplin Anak SD. Seminar Nasional Pendidikan Dan Pembelajaran.

Durrant, J. E. (2007). Positive Discipline (Vol. 1, Issue 69). Save the Children.

Sulistyowati, P. Y. (2023). Pelatihan Pelatihan Kiat Membangun Disiplin Positif Dalam Pendidikan Keluarga. Kemitraan Dan Pemberdayaan Masyarakat, III(1). https://doi.org/10.14414/kedaymas.v3i1.3561

Flanagan, Karen. (2013). “Positive Discipline in Everyday Parenting & Teaching”. Materi presentasi untuk Australasian Conference on Child Abuse and Neglect. 12th November 2013

Gallery Kegiatan