FLIPPED CLASSROOM, MEMFASILITASI BELAJAR SECARA PERSONAL
Metode yang Relevan
Di era saat ini, dalam berbagai situasi maupun kondisi sering kita jumpai anak-anak menggunakan gawai (gadget). Gawai merupakan barang utama dan kebutuhan primer bagi sebagian besar anggota masyarakat, tidak terkecuali anak-anak. Gawai sudah menjadi bagian hidup yang tidak terpisahkan. Melalui gawai itulah anak-anak kita menjalani hari-harinya dengan bermain game, melakukan interaksi dengan orang lain di media sosial, mencari informasi maupun hiburan. Dengan fakta tersebut, maka anak-anak saat ini disebut sebagai digital native, yang lahir dan besar di jaman digital, memahami teknologi informatika, dan pengguna aktif internet. Mereka adalah generasi yang lahir setelah tahun 1980 dan sejak lahir terpapar informasi digital secara terus-menerus. Jadi tidak berlebihan ketika ada ungkapan gawai adalah segalanya bagi anak-anak era sekarang.
Gawai sudah merambah dari kota besar sampai seluruh pelosok negeri dan mempengaruhi berbagai bidang kehidupan. Bidang pendidikan tidak lepas dari pengaruh tersebut. Didukung dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, siswa sebagai digital native adalah pembelajar abad 21. Pembelajar yang tidak lepas dari gawai untuk mendukung proses pembelajaran yang dijalaninya.
Didukung kemajuan teknologi dan siswa dengan karakter digital native, metode flipped classroom menjadi metode yang sesuai untuk diterapkan pada proses pembelajaran saat ini. Metode flipped classroom merupakan metode pembelajaran di mana siswa belajar terlebih dalulu di rumah, sebelum pertemuan dengan guru di kelas. Materi yang dipelajari siswa dapat berupa video pembelajaran, bahan ajar, referensi pembelajaran, yang sudah disiapkan guru. Guru akan memberikan instruksi dengan jelas, sehingga siswa dapat mengikuti tahapan kegiatan belajar dengan sistematis, meskipun berada di rumah maupun di manapun berada.
Dengan metode flipped classroom, diharapkan siswa mempunyai pengalaman belajar lebih aktif dan kreatif, lebih tertantang dalam memenuhi keingintahuan terhadap pembelajaran, dan meningkatkan tanggung jawab, serta kemandirian sebagai sarana pembentukan karakter generasi masa depan. Ketika harapan ini terwujud, maka kualitas pendidikan akan meningkat.
Flipped Classroom dengan LMS
Metode flipped classroom pertama kali diperkenalkan oleh Baker tahun 2000, kemudian diterapkan oleh Bergmann dan Aaron Sams, guru Kimia di Connecticut, Amerika Serikat pada tahun 2007. Berawal dari keprihatinan terhadap para siswa yang tidak masuk dan tidak dapat mengikuti pembelajaran, guru tersebut membuat video pembelajaran yang kemudian diupload di kanal youtube. Para siswa yang tidak masuk dapat mengakses pembelajaran melalui video tersebut. Metode ini dinilai efektif, karena dapat meningkatkan partisipasi aktif siswa dan meningkatkan hasil pembelajaran siswa dari kedua guru tersebut. Pada akhirnya metode ini diadopsi menjadi praktik baik yang terus dikembangkan ke seluruh dunia.
Metode flipped classroom disebut juga metode kelas terbalik. Menurut Indrajit (2021), dalam kelas konvensional, guru menyampaikan materi di dalam kelas, kemudian guru memberikan penugasan untuk dikerjakan di rumah. Pada metode flipped classroom, proses pemahaman materi didapatkan siswa dari materi yang diberikan guru untuk dipelajari di rumah. Proses pemahaman ini sebagai prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum bertatap muka dengan guru. Pada saat bertemu dengan guru, siswa melakukan aktivitas diskusi, tanya jawab, berkreasi dan berkolaborasi, serta pendalaman materi melalui aktivitas beragam.
Bagaimana penerapan di Indonesia? Metode flipped classroom mulai gencar dilakukan pada masa pandemi Covid-19. Situasi desruptif yang begitu mendadak merubah sistem dan tatanan, telah memaksa masyarakat melakukan adaptasi kebiasaan baru untuk terus bertahan hidup. Salah satu adaptasi kebiasaan baru ini adalah masyarakat harus melakukan aktivitas di rumah, tidak terkecuali proses pembelajaran. Kebijakan belajar dari rumah secara online melalui pembelajaran jarak jauh (PJJ), menjadi salah satu alternatif yang ditawarkan pemerintah. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya learning loss (hilangnya kemampuan yang sudah dikuasi siswa) dan learning gap (kesenjangan kemampuan siswa dengan standar nasional maupun intenasional), yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan suatu generasi. Kebijakan pemerintah ini didukung dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 tahun 2013, yang menyatakan bahwa setiap guru wajib menerapkan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Bagaimana penerapan di YSKI? Kebijakan metode flipped classroom masa pandemi direspon dengan cepat dan saling bersinergi oleh yayasan, unit sekolah, orang tua/ wali siswa,dan siswa. Para guru belajar dengan cepat dan mengembangkan kapasitas diri dalam penguasaan teknologi untuk menjalankan metode ini. Tidak terkecuali orang tua/ wali siswa pun turut belajar dengan cepat dan memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran tersebut.
Menjadi pertanyaan pada saat ini adalah, apakah metode flipped classroom masih relevan diterapkan di YSKI, mengingat masa pandemi sudah berlalu, kehidupan kembali berjalan normal, dan bukankah metode konvesional bisa diterapkan kembali?
Metode flipped classroom sangat relevan untuk terus diterapkan di YSKI, mengingat siswa adalah digital native, di mana hidupnya terhubung dengan teknologi. Kebutuhan belajar siswa adalah pembelajaran yang terkait dengan teknologi, pembelajaran interaktif dan kolaboratif, kemandirian dalam belajar, pembelajaran yang memungkinkan kreativitas dan ekspresi diri, keamanan dan privasi digital, umpan balik yang real-time dan personalisasi, serta pembelajaran yang terhubung dengan dunia nyata. Apabila pembelajaran yang diterapkan tidak sesuai dengan kebutuhan siswa tersebut, tentu akan menjadi pembelajaran yang tidak up to date, kurang menarik, dan jauh dari realitas siswa masa sekarang. Dalam rangka mendukung metode pembelajaran ini, YSKI mempunyai SISKY (Sistem Informasi Sekolah YSKI ), sebuah learning management system, yang dipergunakan oleh siswa dan guru dari jenjang SD hingga SMA. Aplikasi ini memungkinkan terjadinya belajar denga metode kelas terbalik ini.
Mari kita gali lagi, apa yang didapatkan siswa ketika metode flipped classroom ini terus diterapkan. Berbagai hal positif yang didapatkan siswa antara lain:
- Meningkatkan keterlibatan siswa
Siswa sudah mempelajari materi secara mandiri di rumah sebelum tatap muka dengan guru. Hal ini memberikan bekal pemahaman bagi siswa. Pada saat tatap muka, siswa lebih siap untuk melakukan diskusi, kolaborasi, analisis permasalahan, dan aktivitas kreatif serta atraktif lainnya. Di sisi lain, hal ini dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa.
- Pembelajaran lebih mendalam dan kritis
Waktu yang biasanya digunakan guru untuk mengajar teori di kelas, dialihkan untuk aktivitas yang lebih mendalam, seperti diskusi kelompok, analisis studi kasus, atau penyelesaian masalah. Sehingga siswa dapat menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang lebih nyata, lebih berpikir kritis, memecahkan masalah, dan menerapkan pengetahuan dalam situasi yang lebih kompleks.
- Memfasilitasi pembelajaran yang disesuaikan (personalized learning)
Dengan kecepatan belajar yang berbeda, setiap siswa dapat mencermati materi pembelajaran yang sudah dikirimkan guru. Bila siswa belum paham, dapat mengulanginya kembali secara mandiri. Hal ini membantu menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel dan mandiri bagi siswa.
- Memaksimalkan waktu di kelas untuk kegiatan interaktif
Aktivitas pembelajaran menjadi lebih interaktif karena siswa sudah belajar terlebih dahulu sebelum tatap muka dengan guru. Eksplorasi kegiatan diskusi, mengerjakan proyek, analisis pemecahan masalah dengan keterlibatan langsung, dapat memperdalam pemahaman siswa, meningkatkan keterampilan sosial mereka, serta memberikan kesempatan untuk belajar kolaboratif.
- Meningkatkan penggunaan teknologi dalam pendidikan
Keterampilan digital siswa semakin meningkat. Ini dapat mempersiapkan siswa untuk bekerja dalam dunia yang semakin didorong oleh teknologi.
- Memberikan kesempatan untuk umpan balik yang lebih cepat dan efektif
Guru dapat memberikan umpan balik langsung selama kegiatan kelas, sehingga siswa mendapatkan perhatian untuk pembimbingan maupun perbaikan.
- Mengembangkan keterampilan belajar mandiri pada siswa.
Siswa belajar mengelola waktu dengan bijak, mencari informasi tambahan, dan mengeksplorasi materi lebih dalam di luar jam pelajaran. Hal ini mendorong siswa menjadi lebih bertanggung jawab terhadap proses belajar
Tantangan : Kemandirian dan Motivasi Diri
Setelah mencermati manfaat metode pembelajaran flipped classroom, bahwa metode ini sesuai dengan karakter siswa digital native. Kemampuan era digital abad 21 yaitu keterampilan berpikir kritis (critical thinking), bekerjasama (collaborative), kemampuan berkomunikasi (comunication skills), dan berpikir kreatif dan inovatif (creative/innovative, diterapkan dalam metode pembelajaran flipped classroom.
Tantangan dalam pelaksanaan metode pembelajaran flipped classroom tentu saja ada, baik dari sarana prasara, kesiapan guru, kesiapan orang tua siswa, terlebih kesiapan siswa. Kebiasaan belajar siswa mandiri yang belum sepenuhnya dimiliki sebagian siswa, perlu terus dibangun sehingga siswa menyadari pentingnya tanggung jawab belajar mandiri. Motivasi siswa belum sepenuhnya dimiliki sebagian siswa juga perlu terus didorong baik dari dukungan pihak sekolah maupun orang tua siswa.
Tidak semua siswa atau orang tua siap dengan perubahan dalam cara belajar tersebut. Beberapa siswa mungkin lebih nyaman dengan metode pembelajaran tradisional karena mendapat instruksi langsung dari guru. Orang tua menjadi khawatir dengan model pembelajaran yang bergantung pada teknologi dan kemandirian siswa. YSKI terus melakukan sosialisasi dan memberikan pemahaman kepada siswa dan orang tua siswa, tentang keuntungan dari metode flipped classroom. Seluruh unit di YSKI membuka komunikasi dengan orang tua siswa dan menunjukkan bukti atau contoh keberhasilan dari pendekatan ini, sehingga dapat membantu mengurangi kekhawatiran yang mungkin ada selama ini.
YSKI dengan perencanaan yang matang, memberikan dukungan teknologi yang tepat, pelatihan berkesinambungan bagi seluruh guru, dan pendekatan pemahaman terhadap kebutuhan siswa, flipped classroom menjadi model pembelajaran yang efektif dan bermanfaat bagi seluruh peserta didik di YSKI. Tuhan memberkati.
Referensi
Cendikia, Dwija (2020). Jurnal Riset Pedagogik, Penerapan Elaborasi Model Flipped Classroom dan Media Google classroom Sebagai Solusi Pembelajaran Bahasa Indonesia Abad 21, Universitas Negeri Semarang.
Mudarwan (2018). Pengunaan Model Pembelajaran Flipped Classroom dengan Moodle Sebagai Implementasi dari Blended Learning. Jakarta. Jurnal Pendidikan Penabur – No.31/Tahun ke-17/Desember 2018.
Yulius Roma Patandean, Yulius Roma dan Indrajit, Richardus Eko (2021), Flipped Classroom. Yogyakarta: Yayasan Andi.