Menciptakan Budaya Bertanya pada Anak
Setiap orang tua pasti akrab dengan rentetan pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana” dari seorang anak. Fase ini bukanlah sekadar ocehan belaka tanpa makna, melainkan cara anak untuk menuju perkembangan intelektual mereka. Sayangnya, kesibukan atau ketidaktahuan seringkali membuat kita tanpa sadar memadamkan rasa ingin tahu anak dengan jawaban singkat atau bahkan larangan.
Menciptakan “budaya bertanya” dalam keluarga bukanlah sekadar tentang menjawab pertanyaan anak. Ini adalah sebuah cara untuk membentuk anak menjadi individu yang kritis, kreatif, mandiri, dan pembelajar seumur hidup. Mari kita bahas secara terperinci tentang mengapa budaya ini penting dan bagaimana cara menanamkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mengapa Budaya Bertanya Begitu Penting?
Sebelum melangkah ke “bagaimana”, kita perlu memahami “mengapa” bertanya merupakan hal yang sangat penting. Ketika anak-anak bertanya dan kita menghargai setiap pertanyaan mereka, akan memberikan manfaat luar biasa, di antaranya:
- Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis
Pertanyaan adalah modal utama dari berpikir kritis. Anak yang terbiasa bertanya belajar untuk tidak menerima informasi begitu saja. Mereka akan terbiasa menganalisis, menghubungkan sebab-akibat, dan mengevaluasi informasi yang diterima. - Mendorong Rasa Ingin Tahu
Ketika pertanyaan dihargai, anak merasa bahwa belajar adalah sebuah petualangan yang menyenangkan. Rasa ingin tahu ini akan menjadi modal utama mereka untuk terus belajar dan beradaptasi di masa depan. - Membangun Kecerdasan Emosional dan Empati
Pertanyaan seperti, “Menurutmu apa yang kamu rasakan jika berada pada posisinya?” atau “Kenapa adikmu menangis?” melatih anak untuk melihat dari sudut pkitang lain dan memahami perasaan orang di sekitarnya. - Meningkatkan Kemandirian dan Kemampuan Memecahkan Masalah
Dengan membimbing anak melalui pertanyaan, kita tidak memberinya ikan, melainkan mengajarinya cara memancing. Mereka belajar memecah masalah dan mencari solusi sendiri. - Memperkuat Ikatan Orang Tua-Anak
Momen bertanya dan mencari jawaban bersama adalah waktu berkualitas yang dapat membangun kepercayaan dan kehangatan. Anak merasa didengar, dihargai, dan aman untuk mengekspresikan pikirannya.
Strategi Menciptakan Budaya Bertanya
Membangun budaya bertanya membutuhkan kesadaran dan konsistensi. Berikut adalah 7 strategi praktis yang bisa kita terapkan.
- Jadilah Teladan
Anak adalah peniru ulung. Jika mereka melihat kita sering bertanya, mereka akan menganggapnya sebagai hal yang wajar dan penting. - Ubah Respon Kita dari “Pemberi Jawaban” menjadi “Pemandu Pikiran”
Ini adalah inti dari seni bertanya. Alih-alih langsung memberi jawaban, balikkan pertanyaan untuk merangsang proses berpikir anak. - Gunakan Pertanyaan Terbuka, Bukan Tertutup
Pertanyaan tertutup hanya menghasilkan jawaban “ya”, “tidak”, atau satu kata. Pertanyaan terbuka mengundang narasi dan eksplorasi. - Validasi dan Apresiasi Setiap Pertanyaan
Buat anak merasa aman untuk bertanya apa pun, bahkan yang terdengar “aneh” atau “konyol”. Jangan pernah meremehkan pertanyaannya. - Cari Jawaban Bersama-sama
Mengakui “tidak tahu” bukanlah kelemahan, melainkan kesempatan untuk berpetualang mencari ilmu bersama. Ini mengajarkan anak bahwa belajar adalah sebuah proses dan tidak ada orang yang tahu segalanya. - Ciptakan Ruang dan Waktu untuk Bertanya
Jadikan percakapan penuh tanya jawab sebagai sebuah kebiasaan. - Hindari 4 “Penghancur” Rasa Ingin Tahu
- Menghakimi: “Masa begitu saja tidak tahu?”
- Mengabaikan: “Sssst, diam dulu, Ayah lagi sibuk.” (Lebih baik katakan: “Pertanyaan bagus, Nak. Boleh kita bahas 10 menit lagi setelah pekerjaan Ayah selesai?”)
- Mengalihkan: Mengganti topik karena kita tidak nyaman atau tidak tahu jawabannya.
- Memberi Jawaban Terlalu Cepat: Memotong proses berpikir anak sebelum mereka sempat mencoba mencari jawaban sendiri.
Kesimpulan
Menciptakan budaya bertanya pada anak bukanlah tugas yang selesai dalam semalam. Ini adalah pergeseran pola pikir dari instruksi menjadi diskusi, dari mengajar menjadi memfasilitasi. Dengan kesabaran dan konsistensi, kita tidak hanya menjawab pertanyaan anak tentang dunia; Kita sedang membekali mereka dengan alat terpenting untuk menavigasi dunia: pikiran yang selalu ingin tahu dan berani bertanya.
Daftar Pustaka
Fitriani, R. (2021). “Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Anak Usia Dini.” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Newberg, Andrew, & Amen, Daniel G. (2023). The Power of Asking Questions: The Remarkable Science of Inquiry to Spark Breakthrough Ideas. New York: Ballantine Books.