OTORITAS ORANG TUA, SEJAUH MANA?

ANAKMU BUKANLAH MILIKMU
Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.
…..
Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.
…..
Di suatu sore saat sekolah sudah sepi, duduk seorang remaja pria yang menunggu orang tuanya untuk menjemput. Dari pembicaraan singkat yang terjadi, remaja tersebut bercerita bahwa ia sebenarnya ingin studi lanjut ke luar kota dan bisa pulang ke rumah sendiri. Izin tidak diperoleh dari orang tua. Ia harus studi lanjut di kota asal. Orang tuanya ingin, kemanapun ia pergi harus diantar dan dijemput oleh orang tuanya. Bahkan terlontar dari mulut remaja pria tersebut, orang tuanya takut kalau anaknya menjadi hitam. Bukan sebuah guyonan, tetapi demikian yang ditakutkan orang tua terhadap remaja tersebut sehingga segala sesuatu dalam hidup remaja tersebut ditentukan oleh orang tuanya. Orang tua berotoritas penuh terhadap hidup remaja tersebut. Sempat terucap dari remaja pria tersebut, tidak enak mendapatkan kasih sayang yang berlebih, apalagi saya pria dan sudah besar.
Menurut KBBI salah satu dari definisi otoritas adalah hak melakukan tindakan atau hak membuat peraturan untuk memerintah orang lain. Secara bebas, otoritas orang tua dapat diterjemahkan sebagai hak orang tua untuk melakukan tindakan dan membuat peraturan untuk memerintah anak. Menjadi hak orang tua untuk membuat aturan tertentu untuk anak-anak mereka. Yaffe (2020) mendefinisikan otoritas sebagai sebuah kemampuan dari seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain meskipun hal tersebut bisa saja bertentangan dengan keinginan atau kepentingannya. Lalu, bagaimana seharusnya orang tua dengan bijak menggunakan otoritasnya untuk kehidupan anak?
Otoritas orang tua terhadap anak erat kaitannya dengan cara orang tua mengasuhnya. Ada beberapa model cara orang tua di dalam mengasuh anak. Hurlock dalam Azzahra (2021) mengkategorikan pola asuh orang tua menjadi tiga, yaitu permisif, otoriter, serta demokratis. Orang tua dalam mendidik anak-anaknya cenderung menggabungkan tiga model pola asuh tetapi ada yang paling dominan. Pola asuh yang dilakukan orang tua maupun otoritas orang tua terhadap anak akan menghasilkan karakter yang berbeda-beda bagi anak yang bersangkutan.
Orang tua dalam menetapkan otoritas terhadap anak perlu memperhatikan beberapa hal :
- Batasan dan alasan yang jelas dan konsisten
Sejak anak usia dini, orang tua perlu memberikan aturan yang jelas serta konsisten terhadap anak. Ada batasan yang jelas ketika sebuah aturan ditetapkan. Selain itu anak juga perlu memahami dengan baik alasan orang tua menetapkan aturan tersebut. Ketika anak memahami dan mengetahui dengan benar aturan yang ditetapkan orang tua maka anak akan memiliki kepercayaan diri di dalam melakukan sesuatu.
- Kepercayaan terhadap anak
Ketika anak sudah memahami dengan baik dan benar aturan yang ditetapkan maka orang tua perlu memberikan kepercayaan kepada anak. Orang tua hanya perlu memberikan pengawasan kepada anak dalam menjalankan aturan yang disepakati bersama.
- Tanggung jawab
Otoritas orang tua terhadap buah hati yang masih anak-anak dan yang sudah remaja jelas berbeda. Orang tua perlu secara perlahan-lahan mengurangi otoritasnya seiring dengan bertambahnya usia dan kemandirian anak. Anak perlu diberi ruang untuk belajar dan bertanggung jawab atas hidupnya.
- Komunikasi
Komunikasi merupakan kunci penting dalam sebuah hubungan termasuk ketika orang tua menetapkan otoritasnya terhadap anak. Kadang orang tua perlu mendengarkan pendapat anak. Anak perlu diberi ruang untuk berdiskusi dengan orang tua.
Cuplikan puisi “Anakmu Bukanlah Milikmu” milik Kahlil Gibran di awal tulisan ini menggambarkan tentang otoritas yang bijak orang tua kepada anak-anaknya. Dituliskan dalam puisi tersebut bahwa anak-anak memiliki kehidupannya sendiri. Anak-anak lahir melalui orang tua tetapi mereka bukan milik kita. Anak-anak memiliki hidup mereka sendiri. Orang tua wajib mencurahkan kasih sayang tetapi bukan hak orang tua untuk menguasai dan memaksakan kehendak dan pikirannya terhadap anak. Anak memiliki masa depan mereka sendiri yang mereka impikan. Yang perlu dilakukan orang tua yaitu mendampingi dan mengarahkan anak mencapai mimpi mereka.
Harapannya, kita menjadi orang tua-orang tua yang bijak, yaitu orang tua yang mampu menghantarkan anak-anak yang dipercayakan kepada kita memiliki hidup yang lebih baik, hidup anak-anak kita berguna dan berdampak bagi sesama. Tugas orang tua adalah mendidik mereka sesuai dengan jalan atau mimpi anak, bukan jalan atau mimpi orang tua. Jangan mengatasnamakan kasih sayang untuk memaksakan jalan orang tua terhadap anak.
“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu”
(Amsal 22:6)
DAFTAR PUSTAKA
Yaffe, Y. 2020. Parental Authority: A Contemporary Integrative Theoretical Conceptualization. A Closer Look at Parenting Styles and Practices. Penerbit : Nova Science Publishers.
Azzahra, A.A, dkk. 2021. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Mental Remaja. Jurnal Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (JPPM). Vol. 2 No. 3.