Yayasan Sekolah Kristen Indonesia – Great School

Parenting Class YSKI : Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak

Sabtu, 3 Oktober 2025 lalu, YSKI menggelar kegiatan Parenting Class dengan tema “Mengatasi Kecanduan Gadget : Tantangan & Solusi bagi Orang Tua”.  Acara ini menghadirkan narasumber Mahadsih Worowiranti, M.Psi., Psikolog, yang sehari-hari berpraktik sebagai psikolog klinis. 

Dalam pemaparannya, ibu Worowiranti mengemukakan bahwa generasi Alpha adalah generasi yang sepenuhnya sejak lahir tumbuh di era digital. Mereka terbiasa dengan internet, gawai, dan berbagai perangkat elektronik sejak usia sangat dini. Kondisi ini membawa banyak peluang, namun juga tantangan besar bagi orang tua. Beberapa tantangan utama dalam pengasuhan gen Alpha antara lain perilaku instan, masalah sosial, ancaman kekerasan siber, paparan konten yang tidak sesuai usia, serta kecenderungan ketergantungan pada gadget.

Beliau juga menjelaskan secara detail proses terjadinya kecanduan gadget. Awalnya, anak menggunakan gadget sekadar untuk mengisi waktu luang atau mencari hiburan, misalnya setelah lelah belajar atau saat mengalami konflik dengan teman/keluarga. Saat menggunakan gadget, otak memproduksi dopamin, hormon yang memunculkan rasa nyaman dan menyenangkan. Urutan dari rasa nyaman hingga kecanduan, diuraikan sebagai berikut : 

  • Dari titik kemunculan rasa nyaman membuat anak ingin mengulanginya.
  • Ketika kebutuhan itu tidak terpenuhi (misalnya dilarang bermain atau baterai habis), anak merasa gelisah dan tidak nyaman.
  • Untuk menghilangkan rasa tidak enak itu, anak kembali mencari gadget, sehingga perilaku tersebut berulang.
  • Semakin sering diulang, semakin kuat pula pola kebiasaan yang terbentuk, dan lama-kelamaan anak bisa menjadi tergantung.
  • Proses ini berputar terus: coba – nyaman – ulangi – tergantung, hingga masuk pada kondisi kecanduan.

Gejala kecanduan gadget dapat terlihat dari berbagai aspek kehidupan anak. Dari sisi emosi dan sosial, anak menjadi mudah cemas, marah, gelisah, mengabaikan orang lain, dan berkurang empatinya. Dari sisi perilaku, mereka cenderung kehilangan kontrol, mengabaikan kebutuhan dasar seperti makan dan tidur, serta malas beraktivitas. Secara kognitif, anak sulit konsentrasi, mudah lupa, prestasinya menurun, dan pikirannya terus dipenuhi oleh gadget. Sedangkan secara fisik, sering muncul gangguan tidur, sakit kepala, kelelahan, bahkan masalah penglihatan akibat terlalu lama menatap layar. Gejala-gejala ini muncul secara bertahap dan bila tidak ditangani dapat semakin menguat, hingga anak benar-benar sulit lepas dari gadget.

Selain menjelaskan tanda-tanda kecanduan yang terlihat pada aspek sosial-emosi, perilaku, kognitif, dan fisik, bu Worowiranti juga menekankan bahwa kecanduan gadget tidak bisa dibiarkan. Orang tua perlu mengambil langkah pencegahan dan pemulihan. Sebagai solusi, Mahadsih menekankan pentingnya:

  • Pemulihan hubungan keluarga yang hangat dan penuh keakraban.
  • Peraturan yang jelas, tegas, serta disepakati bersama.
  • Pendampingan melalui aktivitas bersama yang berkualitas, seperti olahraga dan hobi.
  • Pengawasan yang tenang dan konsisten.
  • Komunikasi hangat yang dibangun di setiap tahap perkembangan anak.

Kegiatan Parenting Class ini berlangsung interaktif, dengan sesi tanya jawab yang memberi ruang bagi orang tua untuk berbagi pengalaman dan mendapatkan masukan praktis. Harapannya, orang tua dapat lebih siap menghadapi tantangan pengasuhan di era digital, sekaligus membangun hubungan yang sehat dengan anak-anak mereka.