Yayasan Sekolah Kristen Indonesia – Great School

Screen Time and Social Impact

         Saat ini dunia berada pada masa perkembangan teknologi digital yang sangat pesat. Era digital adalah suatu masa dimana teknologi informasi  dan komunikasi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pada era ini, berbagai macam informasi dapat diakses dan disebarluaskan dengan cepat melalui berbagai perangkat digital seperti komputer, smartphone, televisi dan tablet, komputer. Para peneliti menemukan bahwa hampir seluruh masyarakat mahir dalam mengoperasikan, memegang maupun bersahabat dengan perangkat elektronik. Menurut penuturan Menkominfo, masyarakat Indonesia bergerak sangat cepat dalam era digital sejak terjadinya covid pandemi Covid-19 (kominfo.go.id.2021). Perangkat elektronik seperti televisi, ponsel, tablet, komputer, LCD, LED dan videotron semakin meningkat dalam penggunaanya dengan berbagai alasan, baik untuk keperluan pembelajaran, pekerjaan, perdagangan, militer, politik, maupun hiburan. Perangkat elektronik tersebut tidak bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari, baik itu  anak-anak maupun orang dewasa. Dan kegiatan ini sering dikenal dengan nama screen time. Screen time adalah durasi waktu yang dihabiskan seseorang untuk berinteraksi dengan perangkat elektronik yang memiliki layar seperti ponsel, tablet, komputer, dan televisi (World Health Organization, 2019)

          Sebuah artikel dalam Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan menyebutkan bahwa sejak tahun 1996, durasi screen time semakin meningkat secara signifikan seiring dengan perkembangan teknologi dan kemudahan akses perangkat digital. Waktu yang dihabiskan untuk bermain perangkat elektronik telah meningkat menjadi lima hingga delapan jam. Bagaimana dengan kita? Apakah kita memperhatikan berapa lama kita berselancar menggunakan gawai kita, dan menghabiskan malam dengan menonton serial baru di TV? Mengingat kebiasaan kita sendiri dalam menggunakan perangkat elektronik kita, mungkin kita merasa sulit untuk berkata tidak ketika anak-anak kita ingin bermain games, menonton TV atau video di media sosial, atau mengirim pesan kepada teman-teman mereka selama berjam-jam. Berikut rekomendasi screen time dari WHO :

Kelompok Usia

Durasi Screen Time yang Direkomendasikan

Bayi (0-18 bulan)

Tidak disarankan kecuali video call dengan orang dewasa

Balita (18-24 bulan)

Kurang dari 1 jam

Anak-anak (2-5 tahun)

0 – 3 jam

Anak-anak & Remaja (6-17 tahun)

2 jam

Remaja dan dewasa

2 – 4 jam untuk hiburan

          Tetapi seiring kemudahan akses ke media digital menyebabkan anak-anak bahkan orang dewasa lebih sering bermain di depan layar. Anak-anak di usia 8 hingga 18 tahun sering bermain dengan perangkat elektronik dibandingkan bersosialisasi bersama teman-teman bahkan tidak jarang anak berkumpul tetapi mereka sibuk dengan perangkat elektroniknya masing-masing. Screen time biasanya dikelompokkan menjadi 4:

  1. Screen time pasif – Menonton video atau televisi tanpa interaksi aktif.
  2. Screen time interaktif – Menggunakan perangkat untuk belajar, bekerja, atau berkomunikasi, seperti mengetik atau berpartisipasi dalam kelas online.
  3. Screen time sosial – Berinteraksi dengan orang lain melalui media sosial atau panggilan video.
  4. Screen time hiburan – Bermain game atau menonton konten untuk kesenangan pribadi.

 

Screen time yang tepat dapat memberikan manfaat, seperti meningkatkan keterampilan digital, mempermudah komunikasi, dan memberikan akses luas terhadap informasi. Namun, penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai dampak negatif, seperti kelelahan mata, gangguan tidur, penurunan aktivitas fisik, serta menurunnya interaksi sosial.

Penggunaan screen time yang berlebihan akan membawa dampak sosial seseorang terutama dalam hal interaksi, baik dengan keluarga, teman dan lingkungan sekitar. Ada beberapa dampak sosial yang telah diteliti :

  1. Menurunnya Kemampuan Interaksi Sosial

Terlalu banyak waktu di depan layar mengurangi kesempatan untuk berkomunikasi langsung dengan orang lain. (Twenge et al., 2018) sehingga mereka cenderung kurang mahir dalam memahami ekspresi wajah dan bahasa tubuh.

  1. Isolasi Sosial

Penggunaan perangkat digital secara berlebihan dapat menggantikan interaksi tatap muka dan menyebabkan perasaan kesepian. (Keles et al., 2020) Individu tersebut lebih memilih dunia digital daripada berpartisipasi dalam kegiatan sosial di dunia nyata.

  1. Menurunnya Empati dan Keterampilan Sosial

Studi menunjukkan bahwa penggunaan media sosial secara berlebihan dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk berempati karena kurangnya interaksi langsung. (Uhls et al., 2014) Keterampilan membutuhkan latihan, dan latihan sosial membutuhkan individu lain. Individu yang hanya memiliki waktu yang sedikit untuk bertemu dengan orang lain maka dia akan memiliki keterampilan sosial yang lebih rendah.

  1. Pengaruh terhadap Perilaku dan Kesehatan Mental

Penggunaan media sosial yang berlebihan dikaitkan dengan kecemasan sosial dan rendahnya kepercayaan diri. (APA, 2020) Banyak contoh dimana individu yang banyak menggunakan waktunya dengan perangkat elektronik mengalami tekanan sosial akibat perbandingan dengan kehidupan orang lain di media sosial.                                   Bagaimana sikap kita sebagai orang dewasa yang sudah lebih mampu dan sadar dalam mengelola penggunaan perangkat elektronik? Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan agar anak-anak kita mampu mengelola screen time dengan benar sehingga mereka tidak terkena dampak sosial karena penggunaan screen time  yang tidak terkontrol. Tips dan trik yang bisa lakukan :

  1. Batasi waktu layar dengan aturan yang jelas

Gunakan pedoman dari WHO dan American Academy of Pediatrics (AAP) sebagai acuan. kedua lembaga ini memastikan bahwa screen time digunakan dengan cara yang sehat, aman, dan sesuai perkembangan anak. Pedoman ini membantu orang tua menyeimbangkan penggunaan teknologi dengan aktivitas lain yang lebih bermanfaat bagi pertumbuhan anak.

  1. Dorong aktivitas sosial di dunia nyata

Kegiatan yang mendorong anak untuk melakukan kegiatan fisik di dunia nyata akan merangsang dan melatih anak untuk mengembangkan keterampilan motorik dan sosial mereka. Kegiatan seperti berolahraga, berkebun, memasak, bersepeda, menggambar, melakukan petualangan alam dan banyak hal lain yang lebih menarik daripada sekedar melihat dari perangkat elektronik.

  1. Jadilah contoh yang baik

Saat kita bersama-sama dengan anggota keluarga setelah seharian kita sibuk dengan aktifitas kita, sebaiknya kita bisa mengabaikan perangkat elektronik kita, dan kita intens dengan apa yang sedang dibahas dalam keluarga kita saat itu.

  1. Gunakan screen time secara positif

Perlu diadakan waktu bersama untuk menonton atau membahas konten edukatif, seperti contohnya tutorial membuat roti, atau game interaktif yang mendukung kreativitas.

  1. Tingkatkan kesadaran tentang dampak screen time

Dengan memberikan contoh-contoh nyata dampak penggunaan perangkat elektronik baik dampak positif maupun negatif disertai dengan pengertian akan pentingnya keseimbangan antara dunia digital dan interaksi sosial langsung.

Meskipun teknologi menawarkan banyak manfaat, seperti akses informasi yang cepat dan kemudahan dalam berkomunikasi, penggunaan yang tidak terkontrol dapat mengurangi interaksi tatap muka, menurunkan empati, serta mempengaruhi kesejahteraan emosional. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan dalam penggunaan layar dengan menerapkan batasan waktu serta mendorong aktivitas sosial yang lebih interaktif. Orang tua, pendidik, dan masyarakat memiliki peran penting dalam membimbing individu, terutama anak-anak dan remaja, agar dapat memanfaatkan teknologi secara bijak tanpa mengorbankan kualitas hubungan sosial mereka. Menjalin hubungan nyata, membangun komunikasi yang lebih hangat, serta memberikan waktu berkualitas bagi keluarga dan teman harus tetap menjadi prioritas. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi dapat tetap menjadi alat yang mendukung kehidupan sosial tanpa mengurangi esensi interaksi manusia yang sebenarnya.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

American Psychological Association. (2020). Social media use and mental health. American Psychological Association.

Keles, B., McCrae, N., & Grealish, A. (2020). A systematic review: The influence of social media on depression, anxiety, and psychological distress in adolescents. International Journal of Adolescence and Youth, 25(1), 79-93.

Kominfo.go.id. (2021). Masyarakat Indonesia bergerak cepat dalam era digital sejak pandemi Covid-19. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Retrieved from https://www.kominfo.go.id

Twenge, J. M., Martin, G. N., & Spitzberg, B. H. (2018). Trends in U.S. Adolescents’ media use, 1976–2016: The rise of digital media, the decline of TV, and the (near) demise of print. Psychology of Popular Media Culture, 8(4), 329–345.

Uhls, Y. T., Michikyan, M., Morris, J., Garcia, D., Small, G. W., Zgourou, E., & Greenfield, P. M. (2014). Five days at outdoor education camp without screens improves preteen skills with nonverbal emotion cues. Computers in Human Behavior, 39, 387-392.

World Health Organization. (2019). Guidelines on physical activity, sedentary behaviour and sleep for children under 5 years of age. World Health Organization.

Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan. (Tahun tidak disebutkan). Peningkatan durasi screen time sejak 1996 dan dampaknya pada anak-anak. Retrieved from https://www.example.com